Dengan dalih “memfasilitasi” pembelajaran berbasis projek, ada kekhawatiran bahwa banyak guru menggunakan Kurikulum Merdeka untuk kemudian lari dari tanggung jawab mengajar.
Beragam spekulasi beredar tentang apa dampak ChatGPT terhadap perkuliahan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Survei baru kami melihat semester pertama mahasiswa memakai teknologi ini.
Reza Aditia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Pembelajaran berbasis projek memang terdengar lebih keren dan progresif. Namun, pembelajaran yang berpusat pada guru masih relevan pada abad ke-21, bahkan dalam kondisi tertentu bisa jadi lebih baik.
Tanpa regulasi yang kuat, industri kursus online di Indonesia berpotensi hanya jadi pabrik sertifikat dan bahan pamer di media sosial tanpa manfaat pendidikan yang jelas bagi lulusannya.
Kajian UNESCO yang terbit tahun lalu menunjukkan banyak guru di Indonesia masih belum mampu menggunakan teknologi pembelajaran dengan maksimal meski sudah menjalani online learning selama 2 tahun.
Makin banyak kampus mengadopsi student-centered learning, termasuk skema Kampus Merdeka. Tapi apakah mahasiswa punya kemandirian untuk bisa memanfaatkannya dengan baik?
Budaya sekolah punya pengaruh besar dalam menuntun warga sekolah melalui norma, nilai, dan rutinitas yang membangun perilaku sosial dan perangai intelektual mereka.
Kecemasan terkait hilangnya capaian belajar siswa selama pandemi, atau “learning loss”, seringkali merupakan narasi yang bias. Kami menawarkan lensa alternatif untuk memahaminya.
Beberapa mahasiswa mempertanyakan kenapa harus kembali kuliah tatap muka. Yang lain kesulitan belajar online. Dosen yang baik berfokus pada teknik mengajar, entah media apa pun yang mereka gunakan.
Studi lembaga penelitian SMERU di Bukittinggi, Sumatera Barat menunjukkan bahwa orang tua di sana berhasil melampaui berbagai tantangan dalam mendampingi pembelajaran anak.
Kami ingin menjelaskan bagaimana penerapan homeschooling yang ideal, sehingga bisa menjadi alternatif yang efektif dalam mendidik anak sesuai dengan tumbuh kembang mereka dan kemampuan keluarga.
Senza Arsendy, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI); George Adam Sukoco, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), and Hana Martha, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI)
Tutupnya sekolah selama setahun memperparah hilangnya hasil belajar (“learning loss”) murid terutama yang berasal dari kelompok rentan. Ini bisa mempertajam kesenjangan dan mengancam masa depan mereka.
Keterbatasan akses fisik dan material terhadap TIK di kalangan mahasiswa dari kelompok menengah ke bawah berdampak pada rendahnya kompetensi dan literasi digital mereka.
Dalam pendidikan, pelaku utama keluarga adalah orang tua, tokoh penting sekolah adalah guru, dan wakil istimewa masyarakat adalah pemerintah (pusat dan daerah).
Ekspektasi yang diberikan guru kepada siswanya penting untuk menjaga motivasi dan meningkatkan potensi akademik. Meski demikian, ekspektasi yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi sebagian siswa.
Hanya 12% guru sekolah dasar yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran literasi baca tulis dan 21% yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran matematika.