Ujian kompetensi ini juga mengubah konsentrasi pengajaran dosen dan titik tekan pendidikan di program studi.
Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, di Jakarta, 28 Februari 2022, menjadi tempat perawatan pasien terinfeksi virus corona selama pandemi.
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp
Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar pada berbagai kehidupan manusia termasuk cara kita berinteraksi, bersosialisasi, bekerja termasuk dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Tenda darurat didirikan untuk pasien COVID-19 di Rumah Sakit Undata, Palu, Sulawesi Tengah, 23 Februari 2022 karena ruang yang tersedia tidak mencukupi akibat lonjakan kasus.
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/hp
Berkaca dari efisiensi dan fleksibilitas yang ditawarkan, bukan tidak mungkin setelah pandemi pun konsep “home-spital” akan terus menjadi tren di masyarakat, meski hanya untuk kasus-kasus ringan.
Petugas kesehatan mempersiapkan alat medis di ruangan ICU Khusus COVID-19 di RSUD dr Pirngadi Medan, Kota Medan, Sumatera Utara, 3 September 2021.
ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.
Program layanan kesehatan preventif yang sudah dijalankan pada saat ini masih belum efektif dan kurang mendapatkan prioritas sehingga kenjangan terus terjadi.
Pelayanan perawatan secara virtual dapat mengurangi beban sistem kesehatan.
Irwan Iwe/Unsplash
Meski banyak manfaat, pelayanan perawatan virtual belum didukung regulasi dan infrastruktur telekomunikasi yang memadai.
Petugas kesehatan membawa pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Bandung, 1 Juli 2021. Agka keterisian ruang isolasi atau Bed Occupancy Rate (BOR) di sana lebih dari 90 persen.
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj
Upaya yang lebih penting yang harus kita lakukan adalah pencegahan di tingkat masyarakat. Karena garda terdepan pencegahan justru masyarakat, baik sebelum atau setelah sakit COVID.
Seorang doktor berdiri di Ruang pasien di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putin, Jakarta.
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Perbedaan yang signifikan dalam kuantitas dan kualitas fasilitas dan layanan rumah sakit untuk perawatan COVID-19 telah berkontribusi pada peningkatan risiko bagi pekerja medis.
Pekerja menyiapkan tempat isolasi pasien COVID-19 di Gedung Balai Latihan Kesenian Jakarta Pusat, 23 Januari 2021, seiring melonjaknya kasus positif COVID-19 di Ibu Kota.
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww
Ketika angka keterisian tempat tidur rumah sakit telah di atas 85%, maka operasional dan kualitas layanan rumah sakit akan terganggu.
Sejumlah tenaga kesehatan berjalan menuju ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, 26 Januari 2021.
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj
Dari segi aturan, sebenarnya kita telah memiliki sebuah instrumen kebijakan untuk mengatasi permasalahan ini yakni Permenkes No. 19 Tahun 2016 tentang sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.
Perawat beristirahat dengan mengenakan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat khusus COVID-19 di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, 5 Juni 2020.
ANTARA FOTO/FB Anggoro/pras
Setelah hampir setahun perang melawan COVID-19, penyebab tingginya angka kematian tenaga kesehatan menjadi jauh lebih kompleks.
Petugas memeriksa ambulans yang tiba di kawasan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, di Jakarta, 10 September 2020.
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww
Di tengah laju virus yang makin cepat dan penyebaran yang makin luas, kita butuh data yang akurat, kebijakan dan kepemimpinan yang mampu menjawab dampak wabah ini berdasarkan pertimbangan sains.
Seorang tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri lengkap saat jam pertukaran piket di rumah sakit rujukan Covid-19 RSUD Kabupaten Tangerang, Banten, 13 Juli 2020.
ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
Strategi utama adalah segera menekan pertumbuhan kasus baru Covid-19 di masyarakat agar rumah sakit tidak kewalahan menampung pasien.
Pekerja kesehatan yang menggunakan alat pelindung diri di depan ruang khusus pasien COVID di sebuah rumah sakit Sumatera Utara, 12 Mei 2020.
DEDI SINUHAJI/EPA/AAP
Mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas penanganan COVID-19 jangan sampai mengorbankan pasien lain dengan penyakit diluar COVID-19 yang tetap memerlukan pengobatan dan tidak berkurang jumlahnya.
Anjuran pemakaian masker dan kebutuhan akan alat perlindungan diri atau APD berisiko meningkatkan limbah medis.
Kelangkaan alat pelindung diri memaksa petugas kesehatan pakai pelindung wajah dari plastik dan jas hujan untuk hindari penularan virus corona saat menunggu pasien di ruang IGD di rumah sakit rujukan COVID-19 di Banda Aceh, 18 April 2020.
EPA/HOTLI SIMANJUNTAK/EPA-
Dengan pengendalian infeksi di tingkat rumah sakit dan pemberian pelayanan yang efektif akan lebih terkontrol pada akhirnya akan meningkatkan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan.
Akademisi menyarankan pelaksanaan uji COVID untuk dilakukan langsung di rumah sakit rujukan untuk mempercepat proses diagnosis.
(EPA/LI KE)
Hari ini, pemerintah menambahkan Lembaga Eijkman dan BBTKL Kemenkes di Unair sebagai lab diagnosis COVID19. Namun, akademisi mengatakan bahwa hal tersebut belum cukup karena masih jauh dari pasien.
Antrean peserta Jaminan Kesehatan Nasional di BPJS Kesehatan Sukabumi Jawa Barat.
Rani Restu Irianti/Shutterstock