Banyak korban tak bersalah dalam peristiwa 1965 bersalah beserta keluarga mereka, para tertuduh “anak PKI”, mengalami trauma yang bertahan seumur hidup.
Tragedi 1965 tak hanya mengakibatkan kematian dan penahanan lebih dari setengah juta orang, tapi juga membuat penyintas dan keluarga mereka bergelut dengan memori kekerasan masa lalu.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, tahun lalu. JSKK meminta Presiden Joko “Jokowi” Widodo segera menuntaskan kasus pelanggaran HAM di masa lalu .
Galih Pradipta/Antara Foto
Upaya menawarkan narasi alternatif dari Peristiwa 1965 terus berlangsung di dunia digital.
Demonstran melakukan unjuk rasa menolak PKI di depan Istana Merdeka, Jakarta. Protes serupa dari kalangan agama juga pernah terjadi pada tahun 1965.
ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/aww/16.
Penelitian doktoral saya menunjukkan bagaimana gereja Katolik memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi isu 1965 ini dengan menggunakan pendekatan yang humanis.
Sama seperti label “komunis” di Indonesia, label “Marxisme Budaya” bisa ditempelkan ke berbagai macam musuh
Korban tragedi 1965/1966, Umar Anwar mengikuti aksi desak Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) mengumumkan hasil penyelidikan pro justisia tragedi 1965/1966 di kantor Komnas HAM.
ANTARA/Puspa Perwitasari/nz/12
Kesalahan logika semacam hadir dalam analisis tentang pihak-pihak yang terlibat dalam kasus 1965.
Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKTCHi) mencerita kisah tiga bersaudara (dari kiri ke kanan) Awan (diperankan Rachel Amanda), Angkasa (Rio Dewanto), dan Aurora (Sheila Dara Aisha).
Visinema Pictures
Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKTCHI) bisa menjadi gerbang masuk yang baik untuk membahas masalah-masalah mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) yang terlupakan di Indonesia.
Warga Jakarta terlibat dalam aksi unjuk rasa dalam rangka memperingat Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia pada tahun 2005 yang lalu.
Bagus Indahono/EPA
Di tengah kebuntuan penuntasan kasus HAM di Indonesia, kita dapat belajar dari keberhasilan rekonsiliasi di Maluku yang mengalami kekerasan antara warga Muslim dan Kristen pada 1999-2002.
Salah satu penyintas kekerasan anti-komunis tahun 1965-1966, Sa'anah, dari Palu, Sulawesi Tengah.
Adrian Mulya, dari Penyintas Kehidupan, Jakarta: KPG, 2014.
Presiden Joko Widodo memerintahkan membuat versi baru dari film 30 September 1965 untuk milenial, di tengah maraknya pemutaran film versi Orde Baru. Apakah film versi baru bisa mendorong rekonsiliasi?
Abdurrashim, pernah ditahan 12 tahun tanpa peradilan karena dituduh terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Ia menghadiri Simposium Nasional Tragedi 1965 yang diselenggarakan pemerintah di Jakarta 18-19 April 2016.
Reuters/Darren Whiteside
Baik tentara, korban, penyintas, para aktivis HAM, dan masyarakat luas, kerap menyederhanakan narasi mengenai tragedi 1965.
Polisi menyiram air pada massa di depan kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Minggu malam 17 September massa mengepung LBH Jakarta setelah termakan hoaks bahwa ada “seminar PKI”.
Antara Foto/Muhammad Adimaja/ via REUTERS